Bersahabat Dengan Anak

Penulis : Hari Pudjiantoro
Penerbit : Al-Azhar Press
Cetakan : I, Januari 2014
Tebal : 152 halaman

Masa lalu tak perlu disesali, kesalahan tak perlu diulangi, kenyataan yang terjadi cukup diintrospeksi untuk selanjutnya dievaluasi, agar ke depannya menjadi lebih baik. Memiliki anak yang sulit dikendalikan memang menguras emosi, namun dalam prosesnya, anak menjadi sangat menjengkelkan kedua orang tuanya ini pun menempuh proses yang panjang. Tidak ada serta merta ketika buah hati baru lahir, langsung memiliki sifat menjengkelkan. Pada fitrahnya, tidak ada anak yang bermasalah, melainkan berasal dari kedua orang tuanya yang bermasalah. Hitam, putih, merah, abu-abu adalah karya lukisan orang tuanya

Pertanyaan orang tua yang sering muncul adalah, “mengapa atau proses seperti apa yang telah terjadi sehingga menghasilkan anak kita tidak sesuai dengan harapan?” sebelum menjawab, saya akan bertanya terlebih dahulu kepada ayah/bunda, “apa sebenarnya yang ayah bunda harapkan dari anak?? Apakah ayah/bunda menginginkan anaknya harus berbakti kepada orang tua, selalu menurut apa saja yang diperintahkan orang tua??”

Jabatan menjadi orang tua, SK-nya langsung ditandatangani oleh Sang Maha Pencipta, berbakti kepada orang tua merupakan salah satu perintah Sang Pencipta kepada setiap anak. Bukan karena perintah orang tua kepada anaknya. Mari kita kembalikan kepada posisi yang sebenarnya. Tidak usah kecewa jika anak tidak berbakti kepada orang tuanya. Tapi bersedihlah, ketika kita gagal mengantarkan anak-anak kita kenal dengan Penciptanya. Ketika anak berhasil dengan baik kenal dengan zat yang menciptakan dirinya, otomatis berbakti kepada orang tuapun dengan ikhlas dia kerjakan. Tanpa diperintah orang tuanya. Itulah tugas utama orang tua, mengantarkan anaknya mengenal Penciptanya.

“Bersahabat dengan Anak” itulah kata kuncinya. Layaknya seorang sahabat, bahwa sahabat adalah orang yang nyaman untuk berbagi cerita, orang yang dapat memahami isi hati kita, dan orang yang mau memberikan solusi yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, mari ayah/bunda mulailah rebut hati anak-anak kita, tidak ada kata terlambat. Jadilah sahabat terbaiknya, ikuti perkembangan psikologinya, arahkan ia untuk melihat gambaran kehidupan yang kelak akan dia temukan. Ambilah hikmah perjalanan hidup yang sudah kita tempuh, untuk dijadikan referensi masa depan buah hati kita. Kenalkan segala rasa yang terjadi dalam kehidupan, baik rasa sakit, senang, berhasil, susah, sedih dan lain sebagainya, serta arahkan untuk selalu mencari solusi dari Sang Maha Pembuat Rasa tersebut, karena Dialah Sang Pemilik Kehidupan.

Itulah sekelumit isi pada buku “BERSAHABAT DENGAN ANAK”, dengan bahasa yang santai dan contoh kasus yang sering terjadi memudahkan ayah/bunda membayangkan dan mencerna isi buku ini. Buku ini sangat disarankan untuk dibaca oleh orang tua, guru, ataupun remaja. Mengapa remaja? Karena status remaja masih sebagai anak yang akan bersahabat dengan orang tuanya, dan juga remaja kelak akan menjadi orang tua yang siap bersahabat dengan anaknya.

Penulis sangat berharap, jika pembaca merasakan manfaat dari isi buku ini, untuk meminjamkan atau menghadiahi teman atau saudara yang lainnya. Agar semakin banyak orang yang akan merasakan manfaatnya. Silahkan follow twitter @generasiSAKTI untuk mendapatkan tips yang lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Don`t copy text!